Konsep hemat energi memang perlu digalakan di segala bidang. Bukan hanya pada produk elektronik dan kendaraan saja, namun juga meliputi produk internet, tak terkecuali sebuah blog. Kriteria apa sajakah suatu blog disebut sebagai blog hemat energi? Seperti halnya lampu dan alat elektronik lainnya, blog pun membutuhkan energi ketika diakses. Besarnya energi yang dibutuhkan tergantung dari objek apa saja yang pengguna (dalam hal ini pengakses) unduh melalui peramban yang mereka gunakan.Dalam pandangan sains, hemat energi adalah ketika suatu benda membutuhkan sumberdaya minimal untuk dapat beroperasi secara optimal. Dalam blog, konsep tersebut digunakan saat ia terbuka/terunduh sepenuhnya oleh peramban tanpa adanya bantuan dari pengaya apapun, dan ia tetap berfungsi dengan baik ketika dibaca/diakses oleh orang normal.
Menurut saya, ada beberapa kriteria blog hemat energi yang ditilik dari segi (1) Komponen blog, dan (2) Aksesibilitas dan kebergunaan.
Namun apakah setiap komponen yang ukuran berkasnya besar dikatakan ia boros energi? Belum tentu. Suatu blog dikatakan hemat energi adalah bila ia membutuhkan energi yang minimal untuk hasil yang optimal. Bila suatu berkas yang besar bisa digantikan dengan berkas yang kecil tanpa kehilangan fungsinya, maka itulah yang disebut penghematan energi.
Coba pikirkanlah, berapa boros energi yang dibutuhkan untuk mengunduh satu berkas jquery berukuran >100KB hanya untuk menampilkan update status twitter saja, sementara hal itu bisa kita lakukan dengan penggunaan HTML biasa? Berapa energi yang dibutuhkan hanya untuk mengunduh animasi flash hanya untuk menampilkan jam, sementara kita tidak membutuhkan hal itu? Berapa banyak energi yang dikonsumsi hanya untuk mengunduh gambar latar (background) berwarna hitam, bila kita hanya membutuhkan sebaris kode #000 saja untuk menampilkan warna hitam?
Suatu blog mungkin dikatakan hemat energi dari komponen penyusunnya, namun ia berisikan informasi yang bias. Pembaca merasa kesulitan ketika membacanya, yang disebabkan karena bahasa yang digunakan aneh, ejaan yang sulit dimengerti, ataupun navigasi yang membingungkan, sehingga pembaca hanya dibuat berputar-putar saja tanpa menemukan informasi yang bisa ia cerna. Blog seperti inilah yang menurut saya dikatakan sebagai blog boros energi dari sisi aksesibilitas dan kebergunaan.
Bayangkanlah berapa energi yang hilang percuma ketika kita membuka suatu blog, namun isinya adalah bahasa alay yang tak dapat kita pahami? Berapa besar energi yang terbuang ketika kita dibawa beputar-putar sebelum mendapatkan informasi yang diinginkan? Dan berapa waktu yang terbuang percuma hanya untuk mencermati kata demi kata ketika membaca kalimat yang tak ada titik/koma-nya?
Menurut saya, ada beberapa kriteria blog hemat energi yang ditilik dari segi (1) Komponen blog, dan (2) Aksesibilitas dan kebergunaan.
Komponen Blog
Suatu blog dikatakan hemat energi bila ketika ia diunduh, blog tersebut tidak membutuhkan energi yang banyak. Energi di sini tak lain adalah bandwidth (lebar pita) serta daya listrik yang dibutuhkan ketika mengunduh suatu halaman blog. Bila suatu blog memiliki suatu komponen yang ukuran berkasnya besar, maka tentu saja bandwidth yang terkonsumsi akan lebih banyak, dan tentu berimbas kepada penggunaan daya listrik yang besar pula.Namun apakah setiap komponen yang ukuran berkasnya besar dikatakan ia boros energi? Belum tentu. Suatu blog dikatakan hemat energi adalah bila ia membutuhkan energi yang minimal untuk hasil yang optimal. Bila suatu berkas yang besar bisa digantikan dengan berkas yang kecil tanpa kehilangan fungsinya, maka itulah yang disebut penghematan energi.
Coba pikirkanlah, berapa boros energi yang dibutuhkan untuk mengunduh satu berkas jquery berukuran >100KB hanya untuk menampilkan update status twitter saja, sementara hal itu bisa kita lakukan dengan penggunaan HTML biasa? Berapa energi yang dibutuhkan hanya untuk mengunduh animasi flash hanya untuk menampilkan jam, sementara kita tidak membutuhkan hal itu? Berapa banyak energi yang dikonsumsi hanya untuk mengunduh gambar latar (background) berwarna hitam, bila kita hanya membutuhkan sebaris kode #000 saja untuk menampilkan warna hitam?
Aksesibilitas dan Kebergunaan
Blog yang hemat energi tak lepas dari aksesibilitas dan kebergunaan blog itu sendiri. Aksesibilitas di sini adalah kemudahan dalam mengakses, memindai, serta membaca halaman blog secara optimal. Sementara kebergunaan adalah fungsi dari setiap komponen blog untuk mempermudah aksesibilitas.Suatu blog mungkin dikatakan hemat energi dari komponen penyusunnya, namun ia berisikan informasi yang bias. Pembaca merasa kesulitan ketika membacanya, yang disebabkan karena bahasa yang digunakan aneh, ejaan yang sulit dimengerti, ataupun navigasi yang membingungkan, sehingga pembaca hanya dibuat berputar-putar saja tanpa menemukan informasi yang bisa ia cerna. Blog seperti inilah yang menurut saya dikatakan sebagai blog boros energi dari sisi aksesibilitas dan kebergunaan.
Bayangkanlah berapa energi yang hilang percuma ketika kita membuka suatu blog, namun isinya adalah bahasa alay yang tak dapat kita pahami? Berapa besar energi yang terbuang ketika kita dibawa beputar-putar sebelum mendapatkan informasi yang diinginkan? Dan berapa waktu yang terbuang percuma hanya untuk mencermati kata demi kata ketika membaca kalimat yang tak ada titik/koma-nya?
Simpulan
Konsep hemat energi perlu kita berlakukan dalam keseharian kita, tak terkecuali dalam suatu blog. Ada beberapa konsep hemat energi yang bisa kita aplikasikan dalam membuat sebuah blog, yaitu komponen yang minimal, serta aksesibilitas dan kebergunaan yang baik, agar pembaca tidak perlu menggunakan banyak energi untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Bagaimana dengan blog anda?Tips Kepribadian :
- Sikap Buruk Narablog Dan Pengaruhnya
- Untung Ruginya Menutup Kolom Komentar
- Mengenal Konsep Blog Hemat Energi
- Jangan Anggap Remeh Penulisan Karakter di Setiap Postingan
- Menciptakan Kesan Pertama Yang Memikat Lawan Jenis Anda
Data Browser Anda
0 komentar:
Posting Komentar